Melihat Nasib Pendidikan Kita

Langkah untuk memperbaiki mutu pendidikan di indonesia terus dilakukan. Berbagai regulasi, kebijakan dan perundang-undangan digulirkan. Kebijakan link and match, bongkar pasang kurikulum, sertifikasi guru, sekolah gratis, full day, dan sistem zonasi belum mampu mendongkrak mutu pendidikan kita.

Melihat Nasib Pendidikan Kita

Hasil PISA tahun 2018, peringkat indonesia turun dari urutan 72 menjadi 77. Disebutkan dalam harmonized test score yang diterbitkan Bank Dunia melalui World Development Report tahun 2019 menyebutkan bahwa anak indonesia lebih rendah dibandingkan Argentina, Kolombia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Kenya.

Upaya mengangkat marwah pendidikan yang lebih bersinar, indonesia masih memiliki tumpukan pekerjaan rumah. Daya dukung sarana pembelajaran, politisasi pendidikan, pemerataan sebaran guru dan kesehjateraan guru honorer merupakan PR  yang belum pernah selesai meski telah berkali berganti menteri.

Saat negeri ini diuji dengan wabah covid -19, pendidikan khususnya ditingkat dasar dan menengah menjadi kalang kabut. Guru kemudian disibukan mencari formula tepat dalam pola pembelajaran di rumah. Pembelajaran jarak jauh melalui sistem daring nampaknya pilihan praktis untuk saat ini kendatipun masih memunculkan banyak persoalan.

Disalah satu daerah pelosok, jangankan mahir dalam penguasaan aplikasi digital, bahkan ada guru yang belum memiliki handphone, ada juga untuk mendapatkan sinyal bagus, seorang kepala sekolah harus menaiki bukit dengan berjalan kaki sejauh 4 KM. Belum lagi persoalan kuota pulsa, keluhan orang tua dalam membimbing anaknya belajar daring, serta sejumlah masalah baru yang muncul dimasa pandemik ini.

Sebetulnya pembelajaran jarak kauh melalui penggunaan media komunikasi sudah diatur melalui Permendikbud nomor 109 tahun 2013, kemudian ditindaklanjuti dengan Permendikbud nomor 119 Tahun 2014 mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh ditingkat pendidikan dasar dan menengah.

Sayangnya saat itu, belum ada pelatihan pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring untuk guru secara masif. Pelatihan masih berkutat pada implementasi kurikulum baru beserta revisinya. Maka disaat badai corona menerjang, dunia pendidikanpun meradang. Untungnya pemerintah segera menyediakan kanal pembelajaran efrktif seperti E-learning, rumah belajar, belajar lewat TVRI, saba banten dll.

Sesungguhnya berbicara mutu pendidikan, kuncinya ada di tangan guru. Sehebat apapun kurikulumnya, dan secanggih apapun fasilitasnya, bila kualitas guru diabaikan maka pendidikan bermutu akan sulit diwujudkan. Guru merupakan determinant component dalam pendidikan, guru tidak tergantikan dengan media komunikasi apapun, karena guru memiliki nilai humanis yang dirindu oleh siapapun termasuk para siswa.

Namun ditengah wabah melanda, kita prihatin dengan sejumlah nasib guru honorer yang terdampak covid -19. Banyak diantara mereka harus berhutang untuk menutupi kebutuhan hidup. Mereka juga bertanggung jawab melayani siswa belajar di rumah. Honor yang mereka terima, tidak mampu mrncukupi kebutuhan hidup, sementara istri dan anak mereka harus bertahan hidup.

Belajar dari covid -19 saatnya kita berbagi, mengasah kepekaan sosial untuk berempati dan menajamkan nurani dimomentum bulan suci. (*)

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2020
Belajar dari Covid -19
(*) Ketua PGMI Kab. Tangerang

0 Comments