Bukan Membenturkan, Justru Malah Menyatukan

Setelah makan siang dengan gado-gado khas ibu Erna, kami berdiskusi ringan dengan beberapa guru yang kebetulan jam tugasnya kosong. Pak Kamsuta guru PPKn yang tahun depan sudah memasuki usia pensiun, amat semangat ketika merespon ungkapan kepala BPIP Prof. DR. Yudian Wahyudi, bahwa musuh terbesar pancasila adalah agama.

Bukan Membenturkan,Justru Malah Menyatukan

"Dulu saat beliau jadi rektor UIN Sunan Kali Jaga melarang mahasiswi pakai cadar, melegalkan zina, dan kini menggoyang kemapanan keyakinan ideologi, agama musuh pancasila". Tuturnya berapi api.

Statemen kepala badan pembina ideologi pancasila ini, jelas memancing emosi, mengundang amarah dan melahirkan saling curiga. Suasana yang mirip di tahun 1960-an, ketika terjadi ketegangan politik Masyumi dengan PKI, atau ketegangan saat di era Soeharto yang ingin melegalkan azas tunggal pancasila.

Saya menduga langkah Prof. Yudian hanya sekadar atraksi politik buah dari kegenitan intelektualnya. Ia mungkin ingin membetot elit pusat untuk secara sadar menampungnya dalam kerumunan kuasa yang syah.

Dan setelah syah duduk di BPIP, ia ingin mengundang rakyat untuk menoleh pancasila sebagai falsafah bangsa yang kuat. Ia lempar wacana pancasila musuh agama, agar orang berpikir kembali tentang pancasila. dan ternyata berhasil mengobok-obok emosi rakyat.

Saya yakin, Yudian bukan amnesia sejarah, bukan pula orang yang ingin membenturkan pancasila dengan agama, justru ia ingin mempersatukannya, seperti yang ia sampaikan dalam wawancara dengan CNN Indonesia.

Hanya sayang, prof. Yudian seolah terkesan lebih soleh dari anggota BPUPKI atau PPKI yang sukses merumuskan pancasila dengan disemangati oleh nilai-nilai agama, sehingga ia seperti tuna adab. Tidak menghargai perjuangan Ki Bagus Hadikusumo, KH Kahar Muzakir dan perumus pancasila lainnya, bahwa pancasila lahir dari semangat ajaran agama. Wallahu'alam.

#Rawa kuning, 17022020#

0 Comments